​Lelaki Tua, Istri, dan Para Kucing

Seorang lelaki tua, sebut saja ia Kaca. Lelaki tua yang saban pagi tak pernah absen mendatangi pelukan jendela yang terbuka–untuk melihat kucing-kucing gembel yang bulunya lengket dengan comberan, lalu berdatangan ke pelataran. Kucing-kucing  yang saban pagi dapat jatah makan dari istrinya yang gila. Saban pagi, Kaca tersenyum ketika melihat istrinya yang gila pergi ke dapur … More ​Lelaki Tua, Istri, dan Para Kucing

Yang ditinggalkan

Kabar itu datang, ke telinga mereka. Bahwa kau tak lagi digenggam oleh lembut jemari seseorang. Kau didatangi banyak tangan-tangan yang siap menyatukan kembali patah hatimu. Meski mereka tahu, meski dengan menyatukannya kembali–tak akan membuat hatimu kembali secara utuh. Namun kau menolak, sebab hatimu masih cidera, dihantam godam yang membuat hatimu biru lebam. Lalu kau coba ke luar, melihat langit. Segalanya biru seperti … More Yang ditinggalkan

Di kalender itu, sebuah tanggal dihitamkan

Pagi ini gerimis jatuh di beranda rumah, juga merintik di kepalaku. Bulir-bulir air itu bermuara, pada lubang-lubang genteng yang rusak ditimpuki oleh orang-orang yang benci dengan ayahku. Orang-orang mencap ayahku gila, semenjak tanggal di kalender miliknya ia lingkarhitamkan: Sebuah tanda telah terjadinya peristiwa. Peristiwa kelam, yang membuat hatinya hancur. Seperti puing-puing yang runtuh dan atap-atap … More Di kalender itu, sebuah tanggal dihitamkan

Alkisah

​ALKISAH Ada sebuah negri, di mana hujannya tak pernah berhenti namun tak pernah kebanjiran. Di mana payung belum ditemukan–namun orang-orang tak takut untuk keluar. Orang-orang malah gemar menadang air-air hujan yang jatuh dengan menggunakan mangkuk sarapan. Sebab kata para leluhur, “Hujan itu ada dua, yang pertama dari tuhan, yang kedua karena doa mereka yang kesepian.” … More Alkisah

Menuliskanmu

​Aku memilih menuliskanmu sebab nanti di penghujung waktu kita, kasih akan menjelma kisah, cerita tabah yang melegenda di semua pasang telinga. Meski kelak kita hanya seumpama kuburan yang jarang diziarah, yang rimbun tanaman liar yang merambat di tubuh nisan. Tak keurus. Mampus. Setidaknya, aku pernah menuliskanmu. Meski hanya dibaca, oleh anak cucu kita. Bekasi, 17 Februari 2017.

Pura-pura, luka-luka.

Sudah senja ke berapa, yang kuintip pada sore dari sela ranting ketapang? Lalu kau memilih pergi meninggalkan bayang-bayang. Aku sungguh telat,menyadari bahwa balasan pelukmudilahirkan dari rahim ragu.Dan itu selalu.Aku terjebak,Saat kukatakan cintakau lengkungkan senyum dengan memaksa.Bagimana kau bisa mahir berpura-pura?Sedang kau tahudengan begitu kau akan mudah mencipta lukadi kening, bibir, juga bagian dari jantungku.Aku hanya ingin, … More Pura-pura, luka-luka.

Sedang ingin sendiri

​Kau tahu, bahwa hidup kadang butuh sendiri?Sekadar untuk menatap kosong langit-langit kamar, hingga tersadar terganggu akibat tangis yang menetes atau rindu-rindu yang menetas. Malam ini aku seperti itu, Seperti mereka-mereka yang sedang ingin sendiri. Lalu mengambil gitar dan memainkan lagu Johnny B. Goode milik Chuck Berry. Dengan coklat panas, dan sebatang rokok. Aku hanya sedang … More Sedang ingin sendiri

Bicara tentang esok.

​Tulangku akan keropos, punggung yang akan bungkuk tua nanti. Apa akan? Kasihmu menjelma tongkat, atau kursi roda yang membantuku berjalan. Aku akan, menjelma bau remason/minyak kayu putih. Kecupan tengah malam di sela canda mengenang masa muda. Lekat, dekat dan dekap.

Mataku mata-mata

  Mataku mata yang menelanjangimu. Mataku mata-mata, yang mengikuti setiap gundukan di dadamu.  Mataku mata bambu, galah bagi buah dadamu. Mataku mata pendosa, penuh nafsu. Mataku mata penakluk, bagi lekuk tubuhmu yang berontak. Mataku gemar menawar, bagi dadamu yang dijajakan. Bekasi, 13 Jan 2015

Perihal ingatan, dan sepotong percakapan sebelum perpisahan.

Gambar via google Kita pernah berbalas melingkari punggung, dengan tangan-tangan tak terkepal. Mencengkram erat. Kala bibir berpagut dahsyat.   Entah, mengapa aku sangat menyukai kepergian yang sementara. Pada nyatanya aku tahu betapa sakitnya menunggu dan membiarkan rindu mencacah hatiku. Sungguh aku menyukainya. Sebab banyak hal yang mengasyikan pada pertemuan yang tertunda, seperti aku yang mendoakanmu … More Perihal ingatan, dan sepotong percakapan sebelum perpisahan.